User:Marva/test210901

From Glottopedia
Jump to navigation Jump to search

My Draft

This article will talk about : What's Basa Walikan?

Language : bahasa Indonesia and English (if possible to translate)

  1. Sejarah dan Awal Mula bahasa Walikan (v)
  2. Penggunaan Bahasa Walikan di Era Modern dalam Kehidupan Sehari-hari Warga Kota Malang (v)
  3. Kosa kata bahasa Walikan (v)


Bahasa Walikan dan Sejarah Bahasa Walikan

Sejarah

Bahasa walikan atau yang dikenal sebagai osob ngalaman atau osob kiwalan adalah bahasa sandi arek-arek Malang yang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1940-an peristiwa Gerakan Rakyat Kota Malang merupakan kunci dari asal-usul bahasa walikan diciptakan di antara komunitas pejuang di kecamatan atau kelurahan masing-masing. Seperti komunitas pemuda di Kayutangan, komunitas di Singosari, komunitas di Claket, dan lain sebagainya. Bahasa ini bertujuan untuk mengelabui pihak penjajah dan warga Malang yang menjadi mata-mata untuk Belanda. Menurut pemerhati bahasa malangan Abdul Wahab Adinegoro dilansir dari wawancara dengan Kompas.com, bahasa ini lahir dari komunitas yang bersifat regional. Sebuah kata yang diciptakan atau sudah dituturkan oleh sebuah komunitas perlu pengakuan dari komunitas lain untuk menyetujui penggunaan kata tersebut. Apakah kata itu terasa elok bila ditulis, didengar, dan diucapkan. Abdul Wahab juga menambahkan, sebagai contoh kata ‘kaos’ yang bisa dibalik menjadi ‘soak’ yang menurut komunitas hasil kata ini tidaklah elok dan nyaman didengar, sehingga bukan menjadi salah satu kosa kata bahasa walikan. Kompleksitas bahasa malangan tergolong sebagai sub-dialek dari dialek Jawa Timuran, tidak diketahui bagaimana aturan yang pasti terkait linguistik bahasa walikan seperti kaidah penulisan kata dan urutan huruf yang dibalik. Hal ini didukung oleh pernyataan Adi Soenarno (2011) yang menyatakan jika bahasa walikan merupakan salah satu gejala bahasa yang arbitrer, ada unsur kesewenang-wenangan dalam membalik kosa kata dan dasar penggunaannya. Menurutnya itulah hal yang menyebabkan bahasa walikan populer dan dipakai umum.

Imam Agus Basuki, pakar bahasa dari Universitas Negeri Malang dalam wawancaranya dengan media berita Kompas cabang Surabaya, memberi contoh sederhana sebagai berikut. Kata ojir (uang), idrek (bekerja), ebes (bapak atau ayah), dan memes (ibu) tidak berasal dari bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia tetapi populer dituturkan oleh warga Malang. Sedangkan kata-kata seperti tahes (sehat), kadit (tidak), oyi (iyo), dan ayas (saya) dapat dilacak asal-usul kata tersebut yang diserap dari bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Di daerah Malang Raya (mencakup wilayah Malang Kota dan Malang Kabupaten) beberapa kosa kata dalam bahasa walikan memiliki makna yang berbeda. Menurut Abdul Wahab hal ini disebabkan oleh faktor perbedaan generasi yang membentuk, menuturkan, dan menurunkan bahasa walikan di lingkungan masyarakat. Cerita rakyat juga turut mengembangkan pembentukan kosa kata dalam bahasa ini. Sebagai contoh kata pesi yang bermakna ngapusi dalam bahasa Jawa atau berbohong dalam bahasa Indonesia. Kata pesi hanya dikenal oleh penutur yang berasal dari komunitas di Kayutangan. Hal ini dikarenakan adanya cerita rakyat bernama “Pelu Pesi” yang berkembang di Kayutangan. Pelu Pesi adalah seseorang yang senang bercerita. Karena kegemarannya bercerita, ia terkadang menceritakan cerita bohong. Setiap warga yang dicap berbohong atau telah berdusta akan dikaitkan dengan tokoh “Pesi” bagi komunitas Kayutangan. Sementara itu kata awat adalah sebutan untuk berbohong di daerah Sawahan, lalu di daerah Singosari mengenal kata ralu dan kata sanjiplak yang bermakna penipu. Setiap komunitas memiliki bahasa sandi tersendiri untuk mengenali anggotanya. Kekhawatiran dan kecurigaan antara anggota komunitas daerah disebabkan oleh peristiwa Gerakan Rakyat Kota Malang untuk mempertahankan wilayah Malang dari ancaman Belanda setelah kemerdekaan. Saat itu Belanda datang ke Malang bertepatan dengan peristiwa Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948.

Sebagai Identitas Masyarakat Malang

Menurut Adi Soenarno seorang pakar bahasa dan budayawan, dalam bukunya yang berjudul Kamus Bahasa Malangan: Osob kiwalan (Boso Walikan), Bahasa "kebalikan" Malang, Bahasa Malang (osob ngalam), bahasa walikan menjadi penunjuk identitas dan kebanggaan jika bertemu orang Malang atau bagi orang yang pernah tinggal, sekolah, atau bekerja di Malang. Mereka akan mencoba bertegur sapa dan menunjukkan beberapa kosa kata yang mereka tahu untuk membuka komunikasi. Ia menambahkan tidak jarang dikarenakan sifat bahasa walikan yang egaliter dan tidak mengenal perbedaan tingkatan seperti bahasa Jawa Krama dan Krama Inggil, maka banyak pejabat dan kaum profesional sering menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari bahkan bertujuan mendekatkan hubungan untuk masalah bisnis. Sebagai contoh menjelang HUT Kemerdekaan RI akan mudah ditemui program-program pemerintah yang menyisipkan kosa kata bahasa walikan sebagai sub-judul.


Misalnya dalam kalimat di bawah ini,
Ayo Rayakan HUT Kemerdekaan RI bersama Wali Kota Malang dalam Rangkaian Acara: Senam Tahes Bersama.
Kata tahes dibalik dari kata 'sehat' dalam bahasa Indonesia.


Sementara itu dalam keseharian warga Malang bahasa walikan juga dituturkan oleh orang tua, pedagang, pemuda, pelajar, dan anak-anak sekolahan tanpa mengenal batas usia.


Penggunaan Bahasa Walikan di Zaman Modern

Bahasa walikan adalah identitas bagi warga Malang. Selain itu bahasa ini juga dituturkan oleh komunitas penggemar klub bola Arema yang berasal Malang terkenal dengan sebutan Aremania yang dibentuk pada 11 Agustus 1987. Sering kali merchandise yang berkaitan dengan klub Arema seperti banner suporter, kaus, syal, topi, dan bendera membubuhkan semboyan di bawah logo Arema ongis nade atau bila dibaca dalam bahasa Jawa sebagai singo edan yang berarti Singa Gila.

Kultur populer turut menjadi wadah penggunaan bahasa walikan. Contohnya adalah beragam bisnis kaus distro yang menjual kaus dan oleh-oleh yang mengangkat tema bahasa walikan dan ikon-ikon Malang. Dalam bidang lain seperti politik, bisnis, dan pendidikan bahasa walikan juga digunakan dalam baliho-baliho kampanye pemilihan daerah, nama acara yang disponsori baik pemerintah atau lembaga pendidikan, nama produk UMKM, hingga nama produk bisnis seperti kafe atau rumah makan.

Sementara itu di daerah Kelurahan Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang terdapat tambahan signage di dalam taman median yang bertuliskan Rajajowas di perbatasan Jalan Danau Bratan dan Jalan Danau Kerinci Raya. Pada awalnya taman median merupakan area U-Turn yang ditutup pada tahun 2022 oleh Dinas Perhubungan Kota Malang. Penambahan signage Rajajowas oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menunjukkan upaya bahasa walikan diperkenalkan lagi kepada masyarakat.

Kelompok Kata dalam Bahasa Walikan

Berikut ini adalah jenis kata yang terbentuk dari banyaknya model atau bentuk kata yang dibalik dalam bahasa walikan, yaitu:

Bersifat Langsung (Direct)

Rumah menjadi hamur
Tidak menjadi kadit
Tidur menjadi rudit
Pukul menjadi lukup
Sehat menjadi tahes
Saya menjadi ayas
Mas menjadi sam


Mempertahankan Diftong ng dan ny

Pulang menjadi ngalup
Kenyang menjadi ngayek


Menyerap Kata dari Bahasa Jawa

Sego menjadi oges nasi
Bengi menjadi ngayek malam
Banyu menjadi unyab air
Iyo menjadi oyi iya
Arek menjadi kera anak


Menyerap Kata dari Bahasa Madura

Riko menjadi okir kamu, Anda


Menyerap Kata dari Bahasa Asing

Koling artinya menelepon berasal dari kata calling (Inggris)
Imu/Umi artinya ibu berasal dari kata Ummi (Arab)
Etarak artinya karate berasal dari kata karate (Jepang)


Menyerap Kata dari Bahasa Indonesia

Supmak artinya Kampus
Hailuk artinya Kuliah
Izig artinya Gizi
Halokes artinya Sekolah
Relidos artinya Solidaritas


Walikan Nama Orang

Pardi menjadi Idrap
Toni menjadi Inot
Solikin menjadi Nikilos, Nikolas (lebih populer)

Untuk nama orang bisa dibalik sesuka hati dan berdasarkan cara pengucapan dari nama tersebut yang mudah diucapkan.


Walikan Nama Tempat, Daerah, dan Kota

Mergan menjadi Nagrem nama kelurahan di Malang
Mergosono menjadi Onosogrem nama kelurahan di Malang
Sawojajar menjadi Rajajowas nama kelurahan di Malang
Madura menjadi Aduram pulau Madura
Malang menjadi Ngalam Malang


Walikan Nama Makanan

Pecel menjadi Lecep
Rawon menjadi Nowar
Soto menjadi Otos
Kikil menjadi Likik
Tetel menjadi Letet


Walikan Istilah Khusus

Ojir artinya uang berasal dari kata raijo
Lawet artinya jual, menjual, dijual berasal dari kata jual
Idrek artinya bekerja berasal dari kata kerja
Nes artinya sesuatu yang baik berasal dari kata zen
Oker artinya rokok berasal dari kata rokok
Ebes artinya orang tua, bapak, atau ibu -
Memes artinya ibu -
Uklam artinya berjalan berasal dari kata mlaku

Kosa kata ini sudah ada sejak lama sehingga tidak bisa dilacak kapan mulai digunakan dalam percakapan sehari-hari


Walikan dengan Kosa Kata Arbitrer

Kampes/Kempes artinya celana dalam berasal dari kata sempak
Alanet artinya celana berasal dari kata celana
Kiwalan artinya terbalik, dibalik berasal dari kata walikan
Hedeg artinya besar berasal dari kata gedhe/gede
Elawes artinya dua puluh lima berasal dari kata selawe
Nakus artinya sungkan, segan berasal dari kata sungkan
Isilup, Silup artinya polisi berasal dari kata polisi

Kosa kata ini tidak mirip hasil kebalikannya, tetapi sudah umum diucapkan oleh penutur.

Referensi

  1. Soenarno, Adi. (2011). Kamus Bahasa Malangan: Osob kiwalan (Boso Walikan), Bahasa "kebalikan" Malang, Bahasa Malang (osob ngalam). Bayumedia Pub.
  2. Werdiono, D. (2024, February 27). Bahasa “Walikan” Malang, dari alat perjuangan hingga masuk Dunia intelektual. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/02/27/bahasa-walikan-malang-dari-alat-perjuangan-identitas-hingga-masuk-dunia-intelektual. Diakses pada 12 Mei 2024.
  3. Yannuar, N. (2018). Wolak-Walike Jaman; exploring contemporary walikan in public space. Wacana, 19 (1), 100. https://doi.org/10/17510/wacana.v19il.625. Diakses pada 10 Mei 2024.

~~----Marva Ninella A. I